Laman

Rabu, 04 Agustus 2010

Nestapa Pengekor Hawa Nafsu

Oleh:Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al Maidani
Sesungguhnya di dunia ini bagi manusia hanya ada dua jalan; jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu. Jalan kebenaran adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan hawa nafsu merupakan jalan yang diprakarsai oleh setan sebagai musuh manusia guna menimbun bahan bakar api neraka pada hari kiamat nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alihi wasallam tatkala menerangkan tentang petunjuk, acap kali mengingatkan pula tentang bahaya hawa nafsu.
Hawa nafsu berarti ‘kecenderungan manusia kepada perkara yang di suka oleh jiwanya’. Hawa nafsu yang tercela adalah hawa nafsu yang menyelisihi petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa para salaf menggelari sebagian orang yang menisbatkan diri kepada ilmu atau ibadah sebagai pengikut hawa nafsu, karena mereka menyelisihi petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Petunjuk Allah yaitu ilmu agama yang diwahyukan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada nabi-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman kepada Nabi Dawud ’alaihis salam:
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Shad: 26)
Hawa nafsu menjalar pada diri seseorang laksana sebuah penyakit yang sangat ganas, bahkan lebih berbahaya dari rabies pada seekor anjing. Hawa nafsu lebih berbahaya karena tidak disadari oleh pengidapnya tetapi lebih mematikan. Jika rabies dapat membinasakan jasad manusia maka hawa nafsu bisa menghancurkan jiwanya. Sehingga hatinya pun mati dan gelap gulita. Pada akhirnya, dia tak lagi mampu menerima petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam menghadapi hawa nafsu sangat dibutuhkan kesabaran. Seorang yang ingin bertahan di atas jalan Allah harus memiliki nyali yang besar untuk melawan hawa nafsu. Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Rabnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan urusannya itu melempui batas.” (Al-Kahfi: 28)
Imam Syafi’i menjelaskan bahwa tak ada jalan yang ketiga bagi manusia. Di sana hanya ada dua jalan yaitu jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu.
Melawan hawa nafsu berarti mengikuti jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh kesabaran. Yaitu kesabaran bersama orang-orang yang ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak membebek kepada orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu.
Di dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menegaskan bahwa hawa nafsu merupakan bahaya laten bagi orang-orang yang berilmu. Karena mereka bisa saja menjadi sesat walaupun berilmu. Sebabnya tak lain adalah karena mengikuti hawa nafsu. Sehingga ilmu yang turun dari Allah tak mampu membuatnya teguh di atas jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu, (yang mana) Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya lalu meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah?” (Al-Jatsiyah: 23)
Semua ini menunjukkan bahaya hawa nafsu bagi manusia. Semoga Allah menyelamatkan kita dari cengkraman maut berbagai hawa nafsu.
Berbicara mengenai hawa nafsu, maka kita akan mendapatkan sejumlah dalil Al-Qur’an maupun As-sunnah yang membeberkan tentang betapa tercelanya hawa nafsu. Oleh karena itu, sangat penting sekali bagi kita untuk berhati-hati terhadap hawa nafsu. Karena setiap detik, setiap menit, dan setiap waktu, kita terancam dengan hawa nafsu. Jika kita tidak mewaspadai hawa nafsu, maka kita akan terjebak dengan jeratnya tanpa kita sadari.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan dalam hadits bahwa termasuk yang dikhawatirkan atas umatnya adalah ‘hawa nafsu yang bisa menyesatkan’. Sudah berapa banyak, kalau kita mau menghitung, orang-orang yang menjadi korban hawa nafsu.
Sebagai bukti autentik yang bisa kita ungkap yaitu keberadaan ahlus sunnah yang demikian sedikit. Realita ini menandaskan bahwa yang selain ahlus sunnah dalam jumlah besar adalah orang-orang yang termakan oleh hawa nafsu. Namun kadar diantara mereka tentunya berbeda antara satu dengan yang lain, ada yang banyak, dan ada pula yang sedikit.
Orang-orang yang menyelisihi ahlus sunnah adalah ahlul ahwa` yang mengikuti hawa nafsunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitakan bahwa umat ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Dari tujuh puluh tiga golongan, hanya satu yang selamat. Mereka itu adalah yang mengikuti sunnah Nabi dan para sahabatnya. Oleh karenanya, mereka pun dikenal dengan sebutan ahlus sunnah. Adapun yang selain mereka adalah orang-orang sesat yang dicap sebagai ahlul ahwa` (pengekor hawa nafsu).
Hawa nafsu itu bisa berupa pemahaman atau syahwat. Pemahaman yang telah dikebiri oleh hawa nafsu akan menggelincirkan seseorang ke dalam pemikiran sesat yang menyimpang. Sementara syahwat yang telah dikuasai oleh hawa nafsu akan menjahtuhkannya ke dalam kemaksiatan yang nista. Na’udzu billahi min dzalik (kita berlindung kepada Allah dari yang demikian itu).
Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang dijauhkan dari kejahatan hawa nafsu. Wallahu a’lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar